Pages

Selasa, 22 Februari 2011

Dua Dunia Satu Pelita

Hai readers! Akhirnya blog ini gw buka lagi. Setelah sibuk dengan UAS dan Imlek di kampung, sekarang gw mau cerita tentang plan novel baru gw.

Udah beberapa kali gw mencoba menulis buku tentang hal-hal yang non-fantasi, tapi tetap aja sulit. My mind is stuck with my own dramatized true story and the world of fantasy. Akhirnya, setelah bertapa dua minggu di Pontianak dan melihat poster EXPO di kampus, gw jadi kembali terinspirasi. Waktunya untuk mencoba menulis novel yang serius dan mengena di hati pembaca. Di blog ini, gw akan mencoba menulis garis besar ceritanya secara ringkas. Just read it, guys! :)

"Namaku Agustinus Rionaldy Hermanto, biasanya dipanggil Rio. Aku seorang Katolik. Aku tidak ingat kapan aku menjadi Katolik, bahkan aku tidak ingat apapun tentang masa kecilku. Aku tinggal di seminari, diasuh oleh Pastor Bartolomeus. Meskipun aku tinggal di seminari, beliau tidak mengharuskanku untuk mengikuti pelajaran di seminari dan menjadi seorang biarawan. Justru, beliau selalu berkata padaku untuk mengikuti kata hatiku.

Hidupku yang damai di biara berubah 180 derajat setelah biara tempat tinggalku diledakkan oleh sekelompok teroris pada tahun 2001. Beberapa di antara kami yang bertahan hidup saling berselisih, hingga akhirnya kami berpisah. Tanpa bimbingan Pastor Barto, aku pun mengembara tak tentu arah. Kata teman-temanku, dia sudah meninggal, tapi aku tidak percaya sebelum aku bertemu dengan jasadnya yang tak bernyawa.

Sekarang, aku seorang pengamen yang tidak punya apapun yang bisa dibanggakan. Selama ini aku hanya menyanyi untuk bertahan hidup. Aku menghadapi semua cemoohan dari sesama pengamen yang tidak menyukai agamaku. Terkadang, aku menambah luka baru di tubuhku dengan mempertahankan jatah makan siangku dari gelandangan lain. Hidupku kini tidak menentu. Bisa bertahan hidup saja sudah syukur. Aku hanya ingin agar bisa bertemu kembali dengan Pastor Barto. Aku percaya bahwa dia masih hidup di suatu tempat di dunia yang gelap ini."

"Gue Tia. Nama lengkap gue gak penting. Tapi kalo loe mau tahu nama lengkap gue, ya udah, gue kasih tahu. Christie Guntoro. Hanya itu. Nama yang sangat gue benci. Gue udah lima kali mencoba bunuh diri dengan berbagai cara, gak tahan dengan dunia yang payah ini, tapi selalu gagal gara-gara lelaki setan itu. Gue tahu, dia cuman nyelamatin gue supaya gue bisa terus dia pakai sesuka hati untuk memuaskan birahi liarnya, dan gue benci, sangat benci dengan dia.

Gue ateis. Awalnya sih Kristen, tapi gue ga percaya lagi sama Tuhan. Tuhan itu gak ada. Kalo Tuhan ada, kenapa bisa gue dibiarin diperkosa oleh lelaki setan yang memberikan namanya sebagai nama belakang gue? Kenapa gue harus hidup dalam cengkeraman nafsu duniawi yang menyiksa fisik dan batin? Kenapa gue harus hidup bersama bokap gue yang selalu menjadikan gue mainannya? Gue sama sekali gak percaya sama Tuhan.

Selama ini, gue cuman bisa mencurahkan kesedihan gue ke dalam buku harian gue. Menulis, itu satu-satunya cara buat gue keluar dari kehidupan gue yang menyebalkan. Gue memang punya uang berlimpah. Gue belum pernah hamil dari hubungan laknat dengan lelaki setan itu. Gue memang masih punya nyokap yang sayang banget sama gue. Tapi hidup gue bikin gue lupa caranya berekspresi. Gue selalu menggambarkan tokoh dalam tulisan gue dengan berbagai ekspresi, tapi gue sendiri gak pernah bisa berekspresi lagi. Gue nggak tahu apa maksudnya senang, sedih, marah. Bagi gue, semuanya sama aja. Gue cuman pengen satu hal, kalo memang Tuhan itu ada, tolongin gue dari kehidupan laknat ini. Gue berharap pria brengsek itu mati secepatnya dan menghilang dari kehidupan gue."

Terus? Gimana kelanjutan ceritanya? Ya sudah, nantikan saja ya kawan-kawan. Sebaiknya gw mulai menulis, jangan sampai ide cemerlang ini lenyap ditelan waktu. See you later, guys!