Pages

Kamis, 13 Januari 2011

Sempurna

Judul post ini persis dengan judul lagu yang pernah hits banget di tahun 2007-2008an. Bukan hanya di seluruh Indonesia, melainkan juga di sekolahku dulu, SMA Gembala Baik. Lagu pop nge-hits itu sudah biasa, terutama di sekolahku dulu. Namun, jika lagu itu nge-hits sampai dinyanyikan oleh seluruh sekolah, itu baru luar biasa. Lho? Kok bisa?

Beberapa hari yang lalu aku menulis status di Facebook-ku seperti ini: Rayca Aryani Chang, Cornelius Lutiono, Teddy Susanto, Eldo Sebastian Tandra, nge-band lagi yuk :)
Keempat orang itu adalah nama teman-teman band-ku yang sangat luar biasa. Band kami dulu kami beri nama Undo, sebuah fungsi untuk membatalkan kembali sesuatu yang kita lakukan dalam program-program komputer. Nama ini, bagi kami, adalah nama kebangkitan kami ketika kami nge-band di kelas XII. Selama dua tahun sebelumnya, band-ku mengalami keterpurukan yang amat sangat, bahkan hampir tidak ada yang menyadari kalau kami satu band. Dengan personil dan nama yang berganti-ganti, akhirnya kami menemukan kekompakan yang paling klop di band Undo ini, dengan personil baru Rayca dan Cornel.

Rayca berada di posisi lead vocal, Cornel di posisi gitar melodi, Teddy sebagai drummer, Eldo sebagai bassist, dan aku di posisi keyboard + backing vocal. Awalnya sih tidak ada backing vocal, tapi justru dengan ada backing vocal itulah, band kami bisa dikenal di seluruh sekolah, dengan lagu pop yang musiknya kami aransemen sendiri, Sempurna.

Memang, lagu ini orisinilnya milik Andra and the Backbone. Karena terlalu mellow, kami mencoba mengaransemen ulang musiknya dengan bantuan pelatih band kami, Bang Agus, dan hasilnya luar biasa. Ketika Valentine Night terakhir kami di SMA Gembala Baik, kami menampilkan lagu itu. Selama satu minggu setelahnya, lagu itu berkumandang di seluruh sekolah, dan nama band kami mulai dikenal.

Lagu ini juga kembali nge-hits ketika kami membawakannya di acara perpisahan sekolah. Saat itu, teman-teman kami menunggu pertunjukan lagu Sempurna dari kami, walaupun kami punya lagu baru. Setelah membawakan lagu baru yang tidak mendapat terlalu banyak respon yang positif, mood penonton naik drastis ketika lagu Sempurna kami bawakan.

Momen-momen itu adalah momen yang tak terlupakan bagi kami. Bahkan, sebelum berpisah, kami sempat berjanji untuk kembali berkumpul dan nge-band bersama lagi. Aku dan Eldo kuliah di UMN Serpong, Teddy di Untar Grogol, Cornel Di Untan Pontianak, Rayca di Singkawang.

Dua tahun lebih sudah berlalu sejak performa kami terakhir kali. Ketika aku melihat konser Kerispatih di Summarecon Mal Serpong, memori-memori lama itu muncul kembali di kepalaku. Kerispatih punya vokalis baru setelah kasus narkoba Sammy, dan bagiku, vokalis baru ini tidak sebagus Sammy. Secara keseluruhan, Kerispatih yang dulu dan band-ku punya passion yang sama. Kami nge-band bukan untuk mencari ketenaran, melainkan untuk menghibur penonton. Band dengan passion seperti itulah yang lebih mampu membuat band menjadi sukses. Aku ingat betul ketika band David dkk mencoba membawakan lagu Sempurna juga di pesta perpisahan. Hasilnya tidak sebaik band kami, karena pertama, aransemennya agak sedikit menjiplak aransemen band kami, dan kedua, passion mereka adalah mencari ketenaran seperti band Jepang bernama L'Arc~n~Ciel.

Mengingat kenangan-kenangan itu, aku kembali mengajak mereka untuk nge-band bareng lagi lewat status Facebook. Aku tidak tahu frekuensi mereka membuka Facebook. Entah kenapa, hanya aku yang memiliki keinginan kuat untuk kembali menggeluti dunia musik dan tarik suara. Yang lain tidak seminat itu. Aku sempat membuat band lagi semenjak kuliah di sini, dan hasilnya gagal total. Personilnya tidak ada yang konsisten dan menganggap band hanya sekadar hiburan, bukan ajang menempa bakat dan minat. Aku punya analisis sendiri akan sikapku yang agak aneh ini, tapi mungkin tidak terlalu penting untuk dijabarkan di blog ini. Yang pasti, band ini, bagiku, adalah salah satu impianku yang terdalam. Aku ingin menjadi seorang pemusik, dan jalan yang kupilih adalah lewat band, tidak peduli apa kata orang lain.

Saat ini, aku hanya berharap, teman-temanku itu tertular semangatku lewat Facebook dan punya harapan yang sama. Aku benar-benar ingin, suatu hari nanti, kami bisa main band bersama lagi, tidak peduli latar belakang kami setelah lulus kuliah nanti. Aku memang sudah kehilangan sense keyboard akibat dua tahun tidak menyentuh alat musik tersebut. Namun, setidaknya, aku masih bisa mendengar keyboard yang dimainkan di setiap lagu yang kudengar dari program Winamp-ku di komputer, dan jika aku harus melatih ulang kemampuanku, aku siap melakukan itu, apapun resikonya. Tidak ada kata terlambat bagiku untuk belajar.

Bahkan, sampai saat ini, masih kuingat jelas aransemen dan kunci lagu Sempurna yang membuat kami tenar sesaat di SMA dulu. Musik itu sayup-sayup masih berkumandang di telingaku, entah karena aku begitu ingin kami memainkan lagi lagu itu atau karena lagu itu punya arti yang begitu mendalam untukku, atau mungkin malah dua-duanya, entahlah... Yang jelas, lirik lagu itu masih begitu membekas dalam pikiranku.

Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku, lengkapi diriku
Oh, sayangku, kau begitu sempurna...

Jumat, 07 Januari 2011

Stop Degrading Yourself

Ini entah keberapa kalinya saya menulis tentang berpikir positif. Lucunya, sih, tidak ada yang benar-benar menanggapi serius kekuatan pikiran dan perkataan diri sendiri. Bukannya meremehkan atau bagaimana sih, tetapi kebanyakan teman-teman saya selalu berpikir jelek dan menjelek-jelekkan dirinya sendiri. Saya juga pernah seperti itu, sering malah, tapi percayakah Anda bahwa pikiran dan perkataan Anda-lah yang membuat Anda mudah/sulit melakukan sesuatu?

Seringkali kita mengatakan hal-hal ini kepada diri kita sendiri, dan saya akan mengelompokkan kalimat-kalimat yang sering diucapkan oleh kita ketika kita sedang menjelek-jelekkan diri kita sendiri.

Tingkat 1: Tingkatan yang paling ringan. Kalau kita masih mengatakan kalimat ini untuk diri kita, masih sangat mungkin bagi kita untuk segera berubah haluan ke pikiran positif.
- Kayaknya gue ga bisa deh kalo begini.
- Bagus, sih, tapi kayaknya gue ga bisa.
- Ya, gimana, ya? Gue ragu kalo gue bisa.

Tingkat 2: Tingkatan sedang. Di tingkatan ini, sudah mulai sulit merubah jalan berpikir kita, meskipun belum mustahil.
- Gue mah paling ga bisa kalo udah beginian.
- Gue kan paling ga bisa kalo harus ****** (diisi dengan ketidakbisaan Anda, seperti "ngomong di depan publik", "tidur larut malam", "bangun pagi-pagi", dll)
- Loe kan tahu kalo gue ga bisa kerja yang beginian.

Tingkat 3: Tingkat yang paling gawat. Kalau pikiran Anda sudah di sini, hampir mustahil untuk mengubah cara berpikir Anda, karena Anda sudah terlalu ngebet dengan pernyataan-pernyataan ini.
- Gue takut kalo yang gue bikin salah, soalnya gue ga bisa.
- Pokoknya gue paling ga bisa kalau ****** (diisi dengan ketidakbisaan Anda, seperti "ngomong di depan publik", "tidur larut malam", "bangun pagi-pagi", dll)
- Gue mah dari dulu udah tahu kalo yang beginian, karena gue paling ga bisa, titik!

Sadarkah Anda, bahwa dengan mengatakan bahwa "Anda tidak bisa", secara tidak langsung Anda berkata, "Tuhan, kok loe ciptain gue ga bisa, sih?". Ketika Anda berkata, "Gue mah ga bisa kalo harus ngomong di depan umum," versi panjang di balik perkataan Anda adalah, "Ya Tuhan!!! Kenapa sih ciptaan-Mu ini agak kurang-kurang dikit, sih? Koq loe ciptain gue ga bisa ngomong di depan umum sih?!"

Siapa di antara Anda yang percaya Tuhan itu sempurna? Kalau Tuhan sempurna, dan Dia menciptakan manusia menurut gambaran diri-Nya, manusia berarti makhluk yang sempurna, dong. Berhentilah menjelek-jelekkan diri Anda sendiri. Anda mungkin jelek dalam satu bidang, tetapi pasti ada satu bidang yang Anda kuasai dengan baik. Anda bukan tidak bisa dalam mengerjakan suatu hal, Anda hanya kurang ahli dalam mengerjakannya, bukan tidak bisa. Jika Anda terus-menerus mengatai diri Anda tidak bisa, maka Anda akan benar-benar tenggelam dalam pernyataan itu dan seterusnya Anda tidak akan pernah bisa. Karena perkataan itu sudah menyelimuti Anda seluruhnya, Anda tidak akan sadar bahwa ketidakbisaan dalam diri Anda itu akibat perkataan Anda sendiri.

Terus gimana, dong? Mulailah berpikir positif. Anda adalah ciptaan-Nya yang sempurna. Memang sulit untuk membuang pikiran negatif yang terus-menerus berkata "Anda tidak bisa". Namun, tidak ada salahnya mencoba. Jadi, mulai sekarang, ketika Anda menghadapi tugas yang sulit dan hampir mustahil, katakan pada diri Anda, "Saya pasti bisa. Di balik tugas yang sulit ini, pasti ada sesuatu yang indah untuk saya gapai." Ulang terus pernyataan itu setiap kali Anda menghadapi tugas apapun dalam situasi apapun, jangan peduli perkataan orang lain yang mencemooh Anda. Jika Anda terus berpikir "saya tidak bisa", jangan salahkan siapa-siapa kalau suatu hari nanti, Anda tidak berhasil mendapatkan apa yang Anda inginkan, karena pikiran Anda sendirilah yang menjerumuskan Anda, bukan orang lain. Orang lain hanya realitas yang terbentuk dari pikiran Anda. Jika Anda berpikir negatif, sepositif apapun perkataan orang lain, Anda akan terus memaknainya secara negatif. Sebaliknya, jika pikiran Anda positif, kalimat-kalimat negatif akan terdengar seperti suatu berkat di telinga Anda. So, be positive, guys!