Pages

Kamis, 13 Januari 2011

Sempurna

Judul post ini persis dengan judul lagu yang pernah hits banget di tahun 2007-2008an. Bukan hanya di seluruh Indonesia, melainkan juga di sekolahku dulu, SMA Gembala Baik. Lagu pop nge-hits itu sudah biasa, terutama di sekolahku dulu. Namun, jika lagu itu nge-hits sampai dinyanyikan oleh seluruh sekolah, itu baru luar biasa. Lho? Kok bisa?

Beberapa hari yang lalu aku menulis status di Facebook-ku seperti ini: Rayca Aryani Chang, Cornelius Lutiono, Teddy Susanto, Eldo Sebastian Tandra, nge-band lagi yuk :)
Keempat orang itu adalah nama teman-teman band-ku yang sangat luar biasa. Band kami dulu kami beri nama Undo, sebuah fungsi untuk membatalkan kembali sesuatu yang kita lakukan dalam program-program komputer. Nama ini, bagi kami, adalah nama kebangkitan kami ketika kami nge-band di kelas XII. Selama dua tahun sebelumnya, band-ku mengalami keterpurukan yang amat sangat, bahkan hampir tidak ada yang menyadari kalau kami satu band. Dengan personil dan nama yang berganti-ganti, akhirnya kami menemukan kekompakan yang paling klop di band Undo ini, dengan personil baru Rayca dan Cornel.

Rayca berada di posisi lead vocal, Cornel di posisi gitar melodi, Teddy sebagai drummer, Eldo sebagai bassist, dan aku di posisi keyboard + backing vocal. Awalnya sih tidak ada backing vocal, tapi justru dengan ada backing vocal itulah, band kami bisa dikenal di seluruh sekolah, dengan lagu pop yang musiknya kami aransemen sendiri, Sempurna.

Memang, lagu ini orisinilnya milik Andra and the Backbone. Karena terlalu mellow, kami mencoba mengaransemen ulang musiknya dengan bantuan pelatih band kami, Bang Agus, dan hasilnya luar biasa. Ketika Valentine Night terakhir kami di SMA Gembala Baik, kami menampilkan lagu itu. Selama satu minggu setelahnya, lagu itu berkumandang di seluruh sekolah, dan nama band kami mulai dikenal.

Lagu ini juga kembali nge-hits ketika kami membawakannya di acara perpisahan sekolah. Saat itu, teman-teman kami menunggu pertunjukan lagu Sempurna dari kami, walaupun kami punya lagu baru. Setelah membawakan lagu baru yang tidak mendapat terlalu banyak respon yang positif, mood penonton naik drastis ketika lagu Sempurna kami bawakan.

Momen-momen itu adalah momen yang tak terlupakan bagi kami. Bahkan, sebelum berpisah, kami sempat berjanji untuk kembali berkumpul dan nge-band bersama lagi. Aku dan Eldo kuliah di UMN Serpong, Teddy di Untar Grogol, Cornel Di Untan Pontianak, Rayca di Singkawang.

Dua tahun lebih sudah berlalu sejak performa kami terakhir kali. Ketika aku melihat konser Kerispatih di Summarecon Mal Serpong, memori-memori lama itu muncul kembali di kepalaku. Kerispatih punya vokalis baru setelah kasus narkoba Sammy, dan bagiku, vokalis baru ini tidak sebagus Sammy. Secara keseluruhan, Kerispatih yang dulu dan band-ku punya passion yang sama. Kami nge-band bukan untuk mencari ketenaran, melainkan untuk menghibur penonton. Band dengan passion seperti itulah yang lebih mampu membuat band menjadi sukses. Aku ingat betul ketika band David dkk mencoba membawakan lagu Sempurna juga di pesta perpisahan. Hasilnya tidak sebaik band kami, karena pertama, aransemennya agak sedikit menjiplak aransemen band kami, dan kedua, passion mereka adalah mencari ketenaran seperti band Jepang bernama L'Arc~n~Ciel.

Mengingat kenangan-kenangan itu, aku kembali mengajak mereka untuk nge-band bareng lagi lewat status Facebook. Aku tidak tahu frekuensi mereka membuka Facebook. Entah kenapa, hanya aku yang memiliki keinginan kuat untuk kembali menggeluti dunia musik dan tarik suara. Yang lain tidak seminat itu. Aku sempat membuat band lagi semenjak kuliah di sini, dan hasilnya gagal total. Personilnya tidak ada yang konsisten dan menganggap band hanya sekadar hiburan, bukan ajang menempa bakat dan minat. Aku punya analisis sendiri akan sikapku yang agak aneh ini, tapi mungkin tidak terlalu penting untuk dijabarkan di blog ini. Yang pasti, band ini, bagiku, adalah salah satu impianku yang terdalam. Aku ingin menjadi seorang pemusik, dan jalan yang kupilih adalah lewat band, tidak peduli apa kata orang lain.

Saat ini, aku hanya berharap, teman-temanku itu tertular semangatku lewat Facebook dan punya harapan yang sama. Aku benar-benar ingin, suatu hari nanti, kami bisa main band bersama lagi, tidak peduli latar belakang kami setelah lulus kuliah nanti. Aku memang sudah kehilangan sense keyboard akibat dua tahun tidak menyentuh alat musik tersebut. Namun, setidaknya, aku masih bisa mendengar keyboard yang dimainkan di setiap lagu yang kudengar dari program Winamp-ku di komputer, dan jika aku harus melatih ulang kemampuanku, aku siap melakukan itu, apapun resikonya. Tidak ada kata terlambat bagiku untuk belajar.

Bahkan, sampai saat ini, masih kuingat jelas aransemen dan kunci lagu Sempurna yang membuat kami tenar sesaat di SMA dulu. Musik itu sayup-sayup masih berkumandang di telingaku, entah karena aku begitu ingin kami memainkan lagi lagu itu atau karena lagu itu punya arti yang begitu mendalam untukku, atau mungkin malah dua-duanya, entahlah... Yang jelas, lirik lagu itu masih begitu membekas dalam pikiranku.

Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku, lengkapi diriku
Oh, sayangku, kau begitu sempurna...

Jumat, 07 Januari 2011

Stop Degrading Yourself

Ini entah keberapa kalinya saya menulis tentang berpikir positif. Lucunya, sih, tidak ada yang benar-benar menanggapi serius kekuatan pikiran dan perkataan diri sendiri. Bukannya meremehkan atau bagaimana sih, tetapi kebanyakan teman-teman saya selalu berpikir jelek dan menjelek-jelekkan dirinya sendiri. Saya juga pernah seperti itu, sering malah, tapi percayakah Anda bahwa pikiran dan perkataan Anda-lah yang membuat Anda mudah/sulit melakukan sesuatu?

Seringkali kita mengatakan hal-hal ini kepada diri kita sendiri, dan saya akan mengelompokkan kalimat-kalimat yang sering diucapkan oleh kita ketika kita sedang menjelek-jelekkan diri kita sendiri.

Tingkat 1: Tingkatan yang paling ringan. Kalau kita masih mengatakan kalimat ini untuk diri kita, masih sangat mungkin bagi kita untuk segera berubah haluan ke pikiran positif.
- Kayaknya gue ga bisa deh kalo begini.
- Bagus, sih, tapi kayaknya gue ga bisa.
- Ya, gimana, ya? Gue ragu kalo gue bisa.

Tingkat 2: Tingkatan sedang. Di tingkatan ini, sudah mulai sulit merubah jalan berpikir kita, meskipun belum mustahil.
- Gue mah paling ga bisa kalo udah beginian.
- Gue kan paling ga bisa kalo harus ****** (diisi dengan ketidakbisaan Anda, seperti "ngomong di depan publik", "tidur larut malam", "bangun pagi-pagi", dll)
- Loe kan tahu kalo gue ga bisa kerja yang beginian.

Tingkat 3: Tingkat yang paling gawat. Kalau pikiran Anda sudah di sini, hampir mustahil untuk mengubah cara berpikir Anda, karena Anda sudah terlalu ngebet dengan pernyataan-pernyataan ini.
- Gue takut kalo yang gue bikin salah, soalnya gue ga bisa.
- Pokoknya gue paling ga bisa kalau ****** (diisi dengan ketidakbisaan Anda, seperti "ngomong di depan publik", "tidur larut malam", "bangun pagi-pagi", dll)
- Gue mah dari dulu udah tahu kalo yang beginian, karena gue paling ga bisa, titik!

Sadarkah Anda, bahwa dengan mengatakan bahwa "Anda tidak bisa", secara tidak langsung Anda berkata, "Tuhan, kok loe ciptain gue ga bisa, sih?". Ketika Anda berkata, "Gue mah ga bisa kalo harus ngomong di depan umum," versi panjang di balik perkataan Anda adalah, "Ya Tuhan!!! Kenapa sih ciptaan-Mu ini agak kurang-kurang dikit, sih? Koq loe ciptain gue ga bisa ngomong di depan umum sih?!"

Siapa di antara Anda yang percaya Tuhan itu sempurna? Kalau Tuhan sempurna, dan Dia menciptakan manusia menurut gambaran diri-Nya, manusia berarti makhluk yang sempurna, dong. Berhentilah menjelek-jelekkan diri Anda sendiri. Anda mungkin jelek dalam satu bidang, tetapi pasti ada satu bidang yang Anda kuasai dengan baik. Anda bukan tidak bisa dalam mengerjakan suatu hal, Anda hanya kurang ahli dalam mengerjakannya, bukan tidak bisa. Jika Anda terus-menerus mengatai diri Anda tidak bisa, maka Anda akan benar-benar tenggelam dalam pernyataan itu dan seterusnya Anda tidak akan pernah bisa. Karena perkataan itu sudah menyelimuti Anda seluruhnya, Anda tidak akan sadar bahwa ketidakbisaan dalam diri Anda itu akibat perkataan Anda sendiri.

Terus gimana, dong? Mulailah berpikir positif. Anda adalah ciptaan-Nya yang sempurna. Memang sulit untuk membuang pikiran negatif yang terus-menerus berkata "Anda tidak bisa". Namun, tidak ada salahnya mencoba. Jadi, mulai sekarang, ketika Anda menghadapi tugas yang sulit dan hampir mustahil, katakan pada diri Anda, "Saya pasti bisa. Di balik tugas yang sulit ini, pasti ada sesuatu yang indah untuk saya gapai." Ulang terus pernyataan itu setiap kali Anda menghadapi tugas apapun dalam situasi apapun, jangan peduli perkataan orang lain yang mencemooh Anda. Jika Anda terus berpikir "saya tidak bisa", jangan salahkan siapa-siapa kalau suatu hari nanti, Anda tidak berhasil mendapatkan apa yang Anda inginkan, karena pikiran Anda sendirilah yang menjerumuskan Anda, bukan orang lain. Orang lain hanya realitas yang terbentuk dari pikiran Anda. Jika Anda berpikir negatif, sepositif apapun perkataan orang lain, Anda akan terus memaknainya secara negatif. Sebaliknya, jika pikiran Anda positif, kalimat-kalimat negatif akan terdengar seperti suatu berkat di telinga Anda. So, be positive, guys!

Selasa, 28 Desember 2010

Translation

AHA! Hi readers. Well, di tengah kesibukan dengan tugas-tugas kuliah (I'm not that busy, actually), sekarang gw lagi mencoba untuk menerjemahkan novel gw yang pernah gw tulis tiga tahun yang lalu ke bahasa Inggris. Entah kenapa, sekarang gw lagi demen banget sama cerita yang ditulis dalam bahasa Inggris. Bagi gw, suatu cerita yang ditulis dalam bahasa Indonesia agak terkesan basi, meskipun harus gw akui versi Indonesia dari beberapa buku luar memang diterjemahkan dengan sangat baik sehingga hampir sulit dipercaya itu hasil terjemahan.

Terus, kenapa gw terjemahin? Mungkin banyak readers yang bertanya-tanya tentang hal ini. Sebenarnya ini cuman usaha terakhir untuk menghasilkan buku yang berkualitas, meskipun gw akui prosesnya sangat sulit, karena gw harus menerjemahkan ratusan halaman yang pernah gw tulis dalam bahasa Indonesia dalam bahasa Inggris, but I like it. Kalau nantinya novel gw jadi buku yang berkualitas, gw berharap nanti buku gw akan difilmkan.

Difilmkan? Ya. Akhirnya gw nemu juga passion gw yang dulu milih masuk Jurnalistik. Awalnya gw hanya ingin menulis novel. Namun, sekarang? Gw jadi terobsesi buat bikin film fantasi yang diperankan aktor-aktor terkenal. kalau bisa semua aktor yang berkualitas harus main di film gw. Bukan hanya aktor luar, tapi dalam negeri juga. That's cool, right? Toh ga ada salahnya kan gw berharap bakal jadi kayaq gitu. Ya tinggal tunggu tanggal mainnya aja kapan novel gw yang selesai gw terjemahin ini muncul di toko-toko buku. For some reasons, I'm sure this book will be a bestseller throughout the country, maybe the world :)

Kamis, 16 Desember 2010

It's Nice To Know You

Halo readers, udah lama nih aku ga meng-update blog ini. Sori banget ya, akhir-akhir ini sibuk banget, sih... Okay, that's not an excuse, really, tapi berhubung aku udah di sini, jadi ya sudahlah. Waktunya untuk kembali bercerita.

Well, kali ini, aku pengen cerita tentang sesuatu yang paling indah, menyedihkan, membosankan, mengesalkan, dan me-kan lainnya yang mungkin udah bisa kalian semua tebak. Cinta. Ya elah, cinta lagi? Ya, aku tahu kalian bosan, ribuan cerita tentang cinta bisa kalian dapatkan dengan mudah hanya dengan mendengarkan pembicaraan di sekitar kalian setiap hari. Namun, berhubung udah kepalang, ya udah, aku mulai aja ya ceritaku. Sebagai catatan, ceritaku ini sudah kutulis sendiri menjadi sebuah buku, yang masih berada di ambang batas apakah aku akan menerbitkannya atau kusimpan sendiri.

Aku termasuk orang yang ga gampang jatuh cinta. Di saat cowok-cowok seumuranku udah mulai naksir cewek, aku masih sibuk berkutat dengan Playstation dan game-game RPG yang penuh dengan fantasi. Saat cowok-cowok seumuranku udah pacaran dan putus nyambung beberapa kali, aku baru pernah pacaran satu kali dan belum naksir cewek lagi untuk waktu yang lama, amat sangat teramat lama malah.

Awalnya, satu alasan mengapa aku lebih suka ngelonin Playstation dan game-game RPG adalah karena aku lelah dengan kehidupan nyata. Mungkin karena aku dulunya minder, aku merasa setiap kali main game RPG dengan cerita-ceritanya sendiri, aku jadi larut dalam cerita tersebut dan merasa seakan aku adalah tokoh utama dalam game tersebut. Hal yang sama juga terjadi ketika aku membaca novel. Novel apapun akan membuatku tahan untuk tetap terjaga selama berjam-jam, dan aku hanya berhenti jika mataku lelah atau mulai bosan.

Semua itu terus berlanjut sampai SMA, saat aku untuk pertama kalinya jatuh cinta (sound effect: clapping hands *ga usah dipedulikan, lebay...*). Harus kuakui, aku cukup bodoh mengejar-ngejar seorang cewek yang sama sekali tidak punya feeling kepadaku selama dua setengah tahun. Aku ulangi, dua setengah tahun. Waktu yang bagi sebagian besar cowok sudah cukup untuk putus nyambung minimal tiga kali. Hasilnya tetap nihil, justru berakhir dengan mengenaskan.

Di saat yang sama, aku pernah pacaran dengan teman lamaku yang pindah sekolah. Dia dua tahun lebih tua dariku. Hubungan kami hanya bertahan enam bulan, karena aku pacaran dengannya hanya karena dasar rasa kasihan, dan dia menganggapku cintanya satu-satunya. Ibuku juga tidak mendukung aku untuk pacaran dengan dia, sehingga kami putus dengan tragis.

Akhirnya, di saat aku sedang depresi-depresinya karena belum pernah sakit hati, aku naksir pada cewek lain, cewek yang jelas-jelas tidak akan pernah diterima oleh keluargaku. Dia cewek Jawa yang sama sekali beda ras dengan aku yang Chinese. Sialnya, karena satu kesalahan kecil, dia malah ill feel denganku. Aku mengejarnya sekuat tenaga, dia malah menjauhiku sekuat tenaga. Hasilnya, ya sudah bisa ditebak, aku tidak pernah bisa nyambung dengannya apalagi menyatakan perasaanku padanya.

Ketika aku mulai kuliah, kami berpisah jalan. Dia ke Yogya, aku ke Tangerang. Dalam tahun pertamaku kuliah, aku sempat suka dengan beberapa cewek di kampus. Namun, akhirnya kusadari bahwa perasaanku itu hanyalah suatu pelarian dari kenyataan. Aku pun mencoba menerima kenyataan, tetapi tidak bisa. Fakta bahwa si dia yang semakin dekat dengan "saingan"-ku itu semakin menusuk-nusuk hatiku. Selama kurang lebih tiga tahun, aku menghabiskan malam-malamku untuk memikirkan dirinya, cewek yang ga pernah suka sama aku akibat kesalahanku sendiri.

Setelah beberapa waktu berlalu, aku menyadari satu hal. Dia tidak pernah muncul dalam mimpi-mimpiku lagi. Dia tidak pernah lagi memenuhi kepalaku dengan senyumannya yang menawan setiap kali aku ingin tidur. Dia tidak pernah lagi menyinari kegelapan di hatiku seperti beberapa tahun sebelumnya. Akhirnya aku sampai pada satu kesimpulan yang mutlak: I've forgotten about my feelings to her.

Aneh memang, ketika kita merasa mungkin kita tidak bisa melupakan seseorang, ujung-ujungnya justru kesibukan-kesibukan kita membuat kita lupa sama sekali dengan sakit hati yang kita rasakan. Awalnya, aku mengira luka hati ini akan sembuh jika aku berhasil mendapatkan dia sebagai pasanganku, walaupun orangtuaku melarang. Namun, sekarang aku tahu itu salah. Kita tidak harus mendapatkan soulmate kita untuk menyembuhkan hati kita. Hanya sikap menerima kenyataan-lah yang membuat luka hati kita menyembuhkan diri. And honestly, now I consider her to be one of my best friends, and I don't have any desires left to have her as my girl. Kalau akhirnya aku merasa kangen untuk bertemu dia, dia muncul di kepalaku bersama teman-teman SMA-ku, yang sama-sama kurindukan karena kebersamaan yang telah kami lalui selama tiga tahun. Dia memang masih mendapatkan tempat khusus dalam diriku, tetapi sebagai sahabat, bukan sebagai gebetan.

Sekarang, aku dengan mudah bisa berpindah-pindah hati. Bukan berarti aku suka selingkuh sekarang. Aku belum pacaran lagi, tapi setidaknya sekarang aku bisa bebas memilih cewek mana yang kusukai dan ingin kudekati, bukan karena ingin melarikan diri dari kenyataan karena kehidupan cintaku yang begitu kelam, tetapi karena memang naluri sebagai seorang cowok normal yang tidak terpaku pada bayangan masa lalu.

It feels good to be free from those clutches. I just want to say thanks for you that makes my days beautiful. I still remember those days. Just thinking about you made my heart beat faster and lighten my days, no matter how dark they were.

Dan sekarang, seorang cewek lain muncul begitu saja di depanku, dan entah kenapa, I just feel that I can trust her, and maybe... I like her, just a bit. Memang kami belum pernah ketemu, selama ini hanya bertukar pesan lewat Facebook, chatting, berlanjut ke SMS. At least, it's worth trying. There's nothing wrong in having a hope that one day we'll be together, right? Segala sesuatunya kan dimulai dengan sebuah impian, dan inilah impianku, setidaknya, untuk saat ini. Are you the one? Maybe yes, maybe no. No one knows, but we'll never know 'til we try :)

That's all about my story. Have a Christmas and New Year, readers ^^

Selasa, 23 November 2010

Spinocerebellar Degeneration

Well, mungkin banyak yang bertanya-tanya istilah ini, Spinecerebellar Degeneration, atau yang sering disingkat SCD. Apaan sih SCD? Mungkin banyak yang tidak kenal istilah ini. Namun, jika saya sebut Spinocerebellar Ataxia atau SCA, semuanya pasti ber-oooh ria.

Ya, SCD adalah suatu penyakit yang tidak jelas penyebabnya (kemungkinan karena mutasi genetik atau keturunan) dan sampai sekarang belum diketahui bagaimana cara menyembuhkannya. Penyakit ini di Indonesia lebih dikenal dengan nama pendeknya, Ataxia, atau sering juga disebut Penyakit Degenerasi Saraf. Penyakit ini umumnya menyerang manusia pada usia muda sampai remaja. Penyakit ini menyebabkan degenerasi otak kecil (cerebellum) dan saraf tulang punggung manusia, sehingga memengaruhi sistem motorik penderita.

Otak kecil mengendalikan keseimbangan, dan saraf tulang belakang mengendalikan gerak refleks. Intinya, kedua bagian ini mengendalikan seluruh gerak aktif manusia yang dilakukan secara sadar. Lama kelamaan, penderita akan kehilangan keseimbangannya. Mereka akan sulit memperkirakan jarak. Pada tingkat lanjut, penderita tidak akan mengalami kesulitan menelan dan berbicara. Mereka akan menghabiskan waktu mereka di tempat tidur karena tubuh mereka tidak bisa lagi digerakkan sebagaimana mestinya.

Penyakit ini menjadi populer setelah dikenalkan oleh almarhumah Aya Kito (19 Juli 1962 - 23 Mei 1988) seorang penderita SCD dari Jepang. Dia adalah salah satu penderita SCD yang penyakitnya berkembang lebih pesat daripada penderita pada umumnya. Dia divonis menderita penyakit ini pada usia 15 tahun, dan dia sudah mengalami kesulitan berjalan pada usia 16 tahun. Dia sudah tidak bisa berjalan ketika dia berusia sekitar 19 tahun dan mulai sulit bicara pada usia 20-an awal. Dia meninggal pada usia 25 tahun ketika otak kecil dan saraf tulang belakangnya sudah berdegenerasi total, tidak memungkinkannya untuk bertahan hidup.

Namun, sebelum Aya meninggal, selama masa hidupnya, dia menulis buku harian yang akhirnya dibukukan dengan judul 1 Litre of Tears. Buku ini menginspirasi banyak orang di seluruh dunia, terutama tentang bagaimana dia berjuang melawan penyakitnya yang terus berkembang dengan pesat di setiap tarikan napasnya. Karena penyakit ini tidak memungkinkan Aya untuk bergerak normal, penyakit ini seperti penjara. Buku hariannya dimaksudkan sebagai alat pemantau bagi dokternya untuk mengawasi perkembangan penyakit Aya. Namun, akhirnya Aya justru curhat ke buku hariannya karena tekanan mental yang begitu berat.

1 Litre of Tears difilmkan dalam bentuk drama dengan judul yang sama dan diperankan oleh Erika Sawajiri. Nama keluarga Aya diganti menjadi Aya Ikeuchi. Drama tersebut sedikit diubah dari cerita aslinya untuk menambah unsur dramatis, di mana Aya harus bertahan terhadap serangan mental dari tatapan sebal teman-temannya setiap kali dia terlambat masuk kelas karena mobilitasnya yang terganggu. Aya juga harus dijauhi oleh kakak kelas yang disukainya hanya karena penyakit itu membuat Aya sulit berjalan lurus. Aya harus berhenti dari klub basket kesukaannya karena dia tidak bisa berlari. Di Indonesia, 1 Litre of Tears diadaptasi menjadi Buku Harian Nayla dengan cerita yang persis sama.

Dalam kebanyakan kasus, penderita SCD masih bisa hidup sampai usia 30-an. Namun, dalam kasus Aya, penyakit ini "membunuhnya" pada usia 25 tahun.

Saya sudah menonton film ini berkali-kali dan menghabiskan paling sedikit 2 bungkus tisu untuk membuang ingus setiap kali saya menontonnya. Film ini, bagi saya, adalah film motivasi yang paling luar biasa yang pernah saya tonton. Dari kisah-kisah orang-orang yang cacat, kisah Aya adalah kisah yang paling mengena di hati saya.

Sama seperti Aya, saya ingin menjadi seseorang yang dapat membantu orang lain. Karena itu, saya selalu fokus pada MLM yang saya jalankan ini. Bukan fanatik, hanya fokus. Saya tidak menderita SCD seperti Aya, tetapi saya memiliki visi yang sama. Di luar sana, banyak orang yang membutuhkan bantuan kita. Jika kita bisa membantu mereka, kenapa tidak? Saya tidak menderita SCD, karena itu saya pasti lebih bisa membantu orang lain daripada Aya.

Banyak orang yang mencela saya karena saya menjalankan MLM. Namun, setiap kali saya down, saya hanya mengingat kembali apa yang telah Aya Kito lakukan dan apa yang telah dihasilkannya sampai sekarang. Kita tidak boleh menyerah pada keadaan. Apapun kondisi kita, kita harus tetap maju. Mungkin kita sering menginginkan adanya mesin waktu untuk memutar kembali waktu ketika kita mengalami pengalaman yang pahit. Namun, sayangnya, itu tidak akan pernah terjadi. Yang bisa kita lakukan hanyalah bersiap atas apa yang akan menghampiri kita nantinya. So, keep fighting guys, don't lose to Aya :)

Kamis, 04 November 2010

Manusia Tidak Bisa Bekerja Selamanya

Kemarin saya diundang untuk makan malam bersama keluarga mantan ibu kost saya. Sekarang saya tidak tinggal di kost-nya lagi, tetapi beliau tetap mengundang saya untuk merayakan pesta ulang tahun salah satu anak kost-nya. Berhubung waktunya bentrok dengan jam kerja saya, maka saya menolak dengan halus.

Sekarang saya bekerja sebagai seorang terapis akupunktur. Akupunktur-nya tidak menggunakan jarum, jadi saya tidak perlu takut salah tusuk. Dengan alat akupunktur terbaru yang diciptakan oleh perusahaan MLM saya, saya berkeliaran ke mana-mana untuk menotok orang yang sakit dan menyembuhkan orang banyak.

Mantan ibu kost saya ingin ditotok juga setelah mendengar penjelasan saya tentang kerjaan saya yang bentrok dengan acara makan malam bersama itu. Beliau memaksa saya untuk ikut makan malam saja, sekalian menotok beliau. Masalahnya saya sudah ada janji dengan rekan kerja saya pada jam yang sama sehingga saya tidak bisa ikut makan malam bersama itu. Mau tidak mau, saya membuat janji temu lain dengan mantan ibu kost saya itu.

Kejadian ini bukan pertama kalinya. Beliau sering mengadakan acara makan-makan pada Jumat malam, dan Jumat malam saya sudah ada jadwal tetap, sehingga tidak bisa diganggu gugat. Pertama kalinya beliau mendengar tentang kenyataan bahwa saya sudah bekerja sambil kuliah, beliau malah "mengkritik" saya lewat teman saya, "Ah, kayak orang sibuk aja. Kan masih kuliah, ya santai saja lah."

Saya tidak tahu apakah beliau masih ingat atau tidak, dan saya juga tidak ingat apakah saya pernah memberitahu beliau atau tidak, bahwa orangtua saya sekarang single parent. Mama saya harus bekerja membanting tulang untuk menyekolahkan ketiga anaknya. Biaya pendidikan yang paling tinggi ya, tentu saja, biaya pendidikan saya sebagai anak kuliah. Tidak hanya itu, saya sekarang jauh dari rumah, dan tentunya saya dituntut untuk me-manage keuangan dengan lebih baik lagi. Biaya hidup semakin naik dari tahun ke tahun. Semester satu, saya masih bisa bertahan hidup dengan Rp500.000-Rp750.000 per bulan untuk konsumsi di luar uang kost. Menginjak semester tiga sampai semester empat, uang jajan saya meningkat menjadi Rp750.000-Rp1.000.000 per bulannya. Sekarang, saya harus berusaha menekan pengeluaran karena pengeluaran sehari-hari saya saja sudah mencapai Rp1.000.000-Rp1.500.000 per bulan di luar uang kost.

Mungkin memang benar, saya bisa bersantai-santai dulu, baru mati-matian bekerja pada saat lulus kuliah nanti. Namun, saya orangnya pemikir, dan saya merasa sangat tidak tenang jika semua biaya kehidupan saya saya bebankan ke Mama saya. Mama sudah semakin berumur, dan tidak bisa bekerja selamanya. Sekarang umur Mama saya sudah kepala empat, artinya sebentar lagi sudah mendekati usia pensiun.

Mantan ibu kost saya adalah tipikal orangtua yang sangat memanjakan anaknya. Ditambah lagi kepribadian anak-anaknya yang sangat introvert dan tidak pernah mengutarakan ketidaksukaan mereka terhadap suatu hal sampai betul-betul mendesak, maka lengkap sudah. Mantan ibu kost saya selalu memberikan apapun yang diinginkan anak-anaknya dan anak-anak kostnya walaupun mereka tidak memintanya. Kesannya seperti seorang freak. Untuk seseorang yang tidak suka dimanja (seperti saya), hal-hal seperti ini sangat membuat risih.

Beberapa tahun lalu, ketika saya masih kost di sana, saya membuat takjub beliau dengan menyapu kamar dan memasang seprai baru sendiri. Saya baru menyadari bahwa hal yang amat sangat wajar bagi saya seperti menyapu kamar sendiri terasa sangat menakjubkan bagi beliau. Itu berarti anak-anaknya selama ini tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari sendiri. Semuanya dilakukan pembantu. Saya tidak tahu apa yang beliau pikirkan, yang jelas saya merasa agak risih ketika beliau bertanya, "Kamarnya biar saya sapukan ya?" yang saya jawab dengan menggelengkan kepala dan berkata halus, "Gapapa tante, biar saya sendiri aja."

Bukannya saya selalu berpikir untuk melakukan segala sesuatunya sendirian. Ada kalanya kita perlu bantuan orang lain, ada kalanya kita harus melakukannya sendirian. Kalau bisa sendirian, kenapa tidak? Kalau memang harus dibantu orang lain, bukan berarti harus dibantu full. Saya tidak suka jika ada orang lain yang berusaha mengambil alih jobdesk saya dalam suatu pekerjaan. Jika memang dia ingin membantu, lakukanlah hal lain yang bisa mempermudah saya dalam mengerjakan sesuatu, bukan meringankan beban saya dengan ikut melakukan hal yang sama. Saya hanya memperbolehkan orang lain untuk mengerjakan hal yang sama dengan saya jika saya menghendakinya, dan tentunya jika orang itu mengiyakan.

Saya hanya berpikir seperti ini. Jika suatu hari nanti mantan ibu kost saya dan suaminya itu tidak bisa bekerja lagi, apakah mereka akan terus membayar pembantu untuk mengurusi kedua anak mereka yang sudah bisa dibilang dewasa? Apakah pembantunya harus mengikuti mereka ke manapun mereka pergi untuk memastikan keselamatan, kerapian, dan kebersihan mereka setiap saat?

Saya bekerja sambil kuliah, bukan berarti nilai kuliah saya turun. Tidak. IP saya bagus-bagus saja, dan saya selalu bisa mengambil full SKS setiap semester. Kenapa saya tidak menggunakan waktu luang saya untuk bekerja dan meringankan beban Mama saya? Walaupun hanya meringankan sedikit, setidaknya saya bisa mendapat tambahan uang jajan di luar passive income dari Mama, dan itu juga yang sangat Mama saya inginkan.

Sebenarnya simpel saja, apa yang saya lakukan ini demi masa depan saya. Jika suatu hari nanti Mama saya tidak bisa bekerja lagi, apakah saya harus menghabiskan rekening tabungan Mama untuk hidup saya? Tentu tidak. Saya tidak mengkritik orangtua yang selalu memanjakan anaknya, tetapi menurut saya, kalau bisa yang dikurangilah. Tidak perlu sampai memberikan anak sendiri sopir untuk diantar ke mana-mana, apalagi jika anaknya sudah dewasa. Lebih baik anak diberikan kesempatan untuk mencoba kendaraan umum sendiri sejak dini, dan dibiasakan melakukan segala sesuatunya sendiri, jangan terus-menerus ditemani. Dunia memang berbahaya, tetapi lebih bahaya lagi jika kelak Bumi dipenuhi oleh orang-orang manja yang tidak bisa hidup tanpa tunjangan dari orangtua mereka. Manusia toh tidak bisa bekerja selamanya kan?

Senin, 06 September 2010

10 Keys to Success

Hai readers, setelah ber-melankolis ria dengan kisahnya seorang Agnes Santoso, mari kita kembali ke pembahasan mengenai kesuksesan.

Kemarin saya mendapatkan sharing dari seorang rekan kerja saya mengenai 10 kunci yang harus Anda pegang ketika Anda mengejar sebuah kesuksesan. 10 kunci ini harus selalu Anda pegang, atau Anda tidak akan ke mana-mana, sekeras apapun Anda berusaha. Kunci-kunci ini tidak luput dari "senjata" yang harus selalu Anda pegang dalam melakukan suatu hal, yaitu impian Anda.

1. Prayer (Doa)
Ora et Labora, berdoa sambil bekerja. Tentunya Anda tidak asing lagi dengan istilah yang satu ini. Sekeras apapun Anda bekerja, tanpa bimbingan dari Tuhan, Anda tidak akan pernah meraih kesuksesan. Semua yang terjadi dalam kehidupan kita adalah atas bimbingan dan kehendak Tuhan. Tidak ada yang namanya kebetulan, semuanya sudah digariskan dalam kehidupan Anda, tinggal bagaimana Anda menjalankan hidup Anda dan menghiasi hidup itu.

2. Habit (Kebiasaan)
Banyak orang, ketika mendengar kisah tentang seorang yang sukses, biasanya akan berkata begini, "Ah, itu kan dia, saya tidak akan bisa". Sebenarnya permasalahannya bukan pada apakah Anda bisa atau tidak, tetapi lebih kepada kebiasaan. Banyak di antara kita yang bekerja keras setiap hari dan hampir tidak mengenal kata lelah. Mengapa mereka bisa seperti itu? Jawabannya adalah kebiasaan. Mereka sudah terbiasa untuk bekerja seperti itu. Karena itu, mulai sekarang, cobalah Anda menumbuhkan kebiasaan yang baik untuk mengembangkan diri Anda.

3. Discipline (Disiplin)
Tidak bisa dipungkiri, di dunia kerja, kedisiplinan adalah segalanya. Waktu tidak akan pernah melambat maupun berhenti. Jika Anda ingin sukses, lakukan segala sesuatunya sesuai dengan jadwalnya. Jangan pernah terlambat menghadiri suatu pertemuan, karena keterlambatan akan memengaruhi integritas dan kredibilitas Anda di hadapan rekan-rekan kerja dan calon rekan kerja Anda. Walaupun Indonesia terkenal sebagai negara yang ngaret, Anda tidak harus selalu mengikuti budaya ngaret itu, kan?

4. Team (Tim)
Anda tidak dapat melakukan segalanya sendirian. Sekalipun Anda merasa Anda adalah orang yang paling tepat untuk menjalankan segala sesuatunya, jangan pernah berpikir bahwa Anda akan dapat menyelesaikan semuanya. Anda harus memiliki tim kerja atau suatu komunitas yang dapat membantu Anda. Sebuah tim akan selalu mempermudah kerja Anda, betapapun Anda tidak menyukai bekerja bersama orang lain. Jarak 1 km, jika diestafet dengan 1000 peserta, akan dapat dicapai dalam hitungan detik. Satu orang hanya perlu berjalan 1 meter. Artinya, dengan bekerja bersama orang lain, Anda dapat membagi sedikit beban Anda kepada orang lain, sehingga kerja Anda akan menjadi lebih ringan daripada jika Anda bekerja sendirian.

5. Powerful Memory (Kenangan Kuat)
Selalu ingat kenangan Anda yang terkuat, yang paling ingin Anda pertahankan dalam benak Anda selama mungkin. Kenangan Anda ini akan membantu Anda untuk terus bangkit di kala Anda down. Mungkin tidak harus sebuah kenangan di masa lalu. Anda dapat juga mengonstruksi sendiri kenangan itu dalam bentuk impian-impian Anda, sesuatu yang sangat ingin Anda wujudkan di masa depan kelak.

6. Affirmation (Afirmasi)
Afirmasi akan sangat membantu Anda untuk membangun sebuah keyakinan dalam diri Anda. Jika Anda sudah mengafirmasi suatu hal, Anda akan menjadi yakin dan terpacu dalam mencapai hal tersebut. Afirmasi adalah harga mati bagi seseorang yang ingin mencapai kesuksesan. Afirmasi ini dapat berwujud apa saja, misalnya Anda foto bersama mobil mewah yang sangat ingin Anda miliki. Di foto itu, pasangkan target kapan Anda harus mendapatkan mobil tersebut. Mengapa target? Bukankah target bisa meleset? Tenang saja, justru jika target yang sudah Anda tetapkan sebelumnya belum terpenuhi, Anda akan semakin terpacu untuk meraih impian Anda.

7. Incantation (Mantra)
Ini bukan ilmu nujum atau guna-guna, readers. Saya tidak mengajarkan Anda menjadi praktisi ilmu hitam di sini. Anda harus menetapkan suatu hal yang dapat memicu Anda untuk melakukan suatu hal. Afirmasi tidak akan ada gunanya jika Anda tidak memiliki suatu "mantra" untuk melaksanakan sesuatu. Misalnya, jika Anda ingin mendapatkan mobil mewah, Anda dapat mengulang-ulang suatu kalimat yang mengafirmasi keinginan Anda itu selama beberapa menit setiap hari. Lama-kelamaan, afirmasi itu akan terpatri dalam benak Anda dan Anda akan melakukan apa saja untuk mewujudkannya.

8. Promise to the Beloved (Janji untuk Orang yang Dicintai)
Afirmasi dan mantra belum cukup. Impian-impian Anda tidak akan lepas dari orang-orang yang Anda cintai. Even the cruelest murderer has a spark of love deep within his/her heart. Jika Anda ingin meraih kesuksesan, berjanjilah secara langsung kepada orang-orang yang Anda cintai, janji apa saja, entah janji untuk membelikan mobil baru, rumah baru, dsb. Jika Anda sudah berjanji secara langsung, Anda akan sulit untuk berbelok dari jalan Anda menuju kesuksesan.

9. Fear (Ketakutan)
Jadikan ketakutan terbesar Anda sebagai motivasi untuk meraih impian-impian Anda. Bukan ketakutan seperti "saya takut gelap" dan lain sebagainya, tetapi lebih pada ketakutan yang Anda alami ketika, misalnya, Anda bertemu untuk terakhir kalinya dengan pasangan Anda. Mungkin Anda takut bahwa Anda tidak bisa lagi melihat wajah tersenyum orangtua Anda, atau Anda takut nantinya Anda harus jadi gelandangan karena di-PHK oleh perusahaan Anda saat Anda sedang mengalami kesulitan keuangan, dan ketakutan-ketakutan lainnya.

10. Health (Kesehatan)
Jaga kesehatan Anda. Semua kesuksesan Anda nantinya tidak akan ada gunanya jika Anda harus menggunakan semua harta Anda untuk merawat diri Anda sendiri beberapa tahun mendatang. Tidak lucu kan jika Anda sudah mendapatkan kesuksesan sebagai, misalnya, musisi terkenal di seluruh dunia, tetapi stroke membuat Anda tidak bisa lagi tampil di atas panggung, atau Anda sebagai direktur yang lumpuh total. Perhatikan baik-baik kesehatan Anda. Jika Anda sakit, bukan hanya Anda yang repot, tetapi juga orang-orang yang dekat dengan Anda, karena mereka juga harus berusaha agar Anda sehat kembali.