Pages

Rabu, 30 September 2009

Time for a New Story... Based on the True Story

Oke, lama tidak membuka blog ini karena fokus pada blog lain tentang cerita fantasi saya, akhirnya saya kembali dan berkeinginan untuk mengubah tema blog ini menjadi sesuatu yang sama sekali baru, bukan hanya merekonstruksi memori-memori tak berguna mengenai kehidupan lampau saya.

Saya masih akan menulis, tentunya, kali ini berdasarkan cerita nyata. Nama-nama karakter dalam cerita saya akan saya samarkan sehingga tidak menyinggung pembaca maupun orang yang bersangkutan. Bukannya saya suka mendekam dalam masa lalu, tetapi lebih karena saya memiliki pikiran yang kompleks (bukan narsis, tapi beginilah diri saya), sehingga sulit untuk melupakan sesuatu, sekalipun hal-hal yang saya ingat bukanlah hal-hal yang penting.

Saya sengaja menghapus semua entri yang sudah saya post sejak lama karena saya memang berniat untuk menuliskan cerita baru dan merombak blog saya secara keseluruhan. Sebagai pengantar, sebaiknya saya menuliskan sinopsis mengenai cerita yang akan saya tulis nanti. Selamat membaca.

RINGKASAN CERITA

Willy terkenal sebagai anak yang kuper dan RPG Gamer. Dia sangat pendiam dan terkesan jayus karena leluconnya hampir tidak pernah membuat orang tertawa terbahak-bahak. Hanya satu hal yang menarik perhatiannya, video game. Sejak kecil, dia dididik untuk menjadi orang yang berpendidikan, dan oleh karenanya dia dituntut untuk belajar dengan giat, apalagi statusnya sebagai anak sulung dan yatim terus-menerus menjadi beban mental yang tidak mudah diatasinya.

Sejak usia empat tahun, dia telah disekolahkan di Yayasan Pendidikan Gembala Baik. Ketika dia masuk SMA, barulah dia mulai merasakan sesuatu yang selalu didambakan oleh setiap insan, cinta. Dimulailah hari-hari Willy yang penuh suka dan duka dalam kehidupan SMA-nya. Dia harus mengubah image yang telah ditanamkannya dalam benak teman-temannya sejak SD, dan itu bukanlah pekerjaan yang mudah.

Dia harus berjuang menahan emosi kala wanita pujaan hatinya direbut oleh sahabatnya sendiri ketika pesta Valentine pertamanya. Ketika sahabatnya putus dengan wanita itu, dia pun mulai melakukan aksi pedekate dengan wanita itu, aksi yang tidak pernah bisa dipikirkannya di tahun pertamanya. Selain itu, Willy harus menahan olok-olok teman-temannya yang semakin menjadi ketika mereka melihat mereka berduaan.

Di sisi lain, dia harus berjuang sebagai motor band yang tidak pernah diakui. Ketika teman-temannya mulai mengakuinya sebagai pemain keyboard yang handal, dia semakin gigih dalam memperjuangkan nasib band-nya yang terombang-ambing dalam persaingan anak-anak muda di sekolahnya, sekalipun dia harus mengorbankan waktu dan tenaganya.

Beban sebagai anak sulung pun mulai semakin berat ketika dia menginjak kelas XI. Untuk mendukung finansial keluarga, dia pun mulai bekerja sambil sekolah, sekalipun gajinya tidak seberapa karena hanya bisa menutupi kebutuhan uang jajan bulanannya. Pekerjaannya itu pun menyita banyak waktu dan nilai-nilai pelajarannya makin turun di saat bosnya mulai menaruh kepercayaan padanya.

Pengalaman cinta yang masih hijau pun membuat Willy terpaksa menerima Lenny sebagai pacarnya atas dasar rasa kasihan karena Lenny mengaku bahwa Willy-lah yang merebut hatinya ketika mereka masih SMP tiga tahun yang lalu. Akibatnya, hubungan mereka tidak bertahan lama. Sakit hati yang dirasakan Lenny pun dirasakan oleh Willy ketika di tahun terakhirnya, dia ditolak dengan kejam oleh Fanny yang selama ini dicintainya setulus hati.

Selain itu, Willy tidak pernah cukup berhasil dalam bidang olahraga. Dia mengidam-idamkan menjadi pemain basket yang handal, tetapi justru menjadi orang yang diabaikan di kala dia bermain bersama teman-temannya. Dia tidak pernah bisa mendribel bola dengan baik, kemampuan shoot, positioning, dan handling yang buruk membuat aset satu-satunya yang dimilikinya adalah stamina, yang tak pernah membantu banyak dalam pertandingan, diperparah lagi dengan cacat lengan kirinya yang pernah patah ketika dia masih SD. Dua dari olahraga yang benar-benar dikuasainya dengan cukup baik adalah bulu tangkis dan lari (Willy tidak pernah juara satu dalam lomba lari, tetapi dia selalu menjadi salah satu yang paling lama bertahan di lintasan).

Penolakan Fanny yang kejam pun menyisakan luka hati yang mendalam kepada Willy. Dia pun menaruh harapan kepada seorang perempuan pribumi di kelasnya, yang berbeda dengan ideologi kolot orang-orang Cina seperti dirinya yang menuntut jodoh berasal dari etnik yang sama, Cina. Dengan waktu yang begitu terbatas karena UN yang makin dekat, Willy pun berjuang sekuat tenaganya untuk mengimbangi sibuknya mengikuti bimbingan belajar, mempertahankan nilai pelajaran, dan pedekate.

Namun, Willy pun melakukan suatu kesalahan fatal. Apakah dia bisa menyembuhkan kembali hatinya yang terluka parah? Apakah Yulia, tempat dia menaruh harapan terakhirnya, akan pernah memaafkannya atas apa yang telah dia perbuat secara tidak sengaja melalui layanan pesan singkat? Apakah dia dapat mewujudkan impiannya sebagai seorang penulis dan pemusik handal di masa depan, sekalipun ibunya menentangnya habis-habisan?

0 komentar:

Posting Komentar